UNDER THE DESTINY OF
RAIN
Author : ChimJr. Park
Title : Under The Destiny of Rain
Main Cast : Kim Seokjin (Jin) of BTS
Yoon
Bomi of Apink
Other Cast : Son Naeun of Apink
Length : Oneshot
Rating : T
Genre : AU, drama, Romance, Love, Sad, School Story.
Ps. Typo everywhere. RCL.
Hai.. ChimJr akhirnya hadir kembali dengan membawa sebuah ff dalam blog ini, setelah sejak setahun lalu mulai terterik dengan dunia ini akhirnya jadilah salah satu karya Chim yang abal-abal ini. Yaudah.. selamat menikmati.. Semoga suka..
Sudah lama sekali rasanya sejak lulus SMA aku tidak pernah
kembali lagi ke kota kelahiranku ini. Dulu aku terlalu sibuk dengan kuliahku di
Seoul dan kemudian disibukan dengan mengurus perusahaan milik ayahku yang juga
berada di Seoul yang sekarang sudah resmi menjadi milikku. Sudah saatnya aku
kembali untuk menengok kota kelahiranku lagi. Tidak banyak yang berubah sejak
aku meninggalkan daerah ini 10 tahun yang lalu, suasananya masih tetap tenang
dan damai. Aku disini hanya untuk 3 hari karena setumpuk pekerjaan yang sudah
menungguku di Seoul sudah tidak bisa menuggu untuk lebih lama lagi. Padahal aku
ingin lebih belama-lama disini untuk merelaksasikan pikiran dan badanku yang
sudah mulai lelah dengan pekerjaan dan keadaan yang sesak selama di Seoul.
Tanpa terasa ini sudah hari terakhirku disini dan mungkin
saja 5 atau beberapa tahun kemudian lagi aku baru akan menginjakan kakiku lagi
disini. Entah mengapa sangat gampang rasanya bolak balik keluar negeri untuk
urusan bisnis sementara begitu aku ingin pulang kesini selalu saja ada halangan
yang membuatku harus membatalkannya. Aku sama sekali tidak ingin menyianyiakan waktu
3 hariku yang berharga terlewat begitu saja. Sudah begitu banyak tempat yang
aku jelajahi selama 2 hari ini, tempat-tempatku bermain saat kecil dan juga
tempat-tempat yang dulu sering kudatangi bersama teman-temanku ketika duduk
dibangku SMP dan SMA. Namun tampaknya cuaca sama sekali tidak mendukungku
dihari terakhirku ini, sejak aku bangun pagi tadi hujan terus saja turun dengan
derasnya seakan melarangku untuk pulang esok hari. Tapi hujan ini sama sekali
tidak menyurutkan langkahku untuk menuju ke tempat tujuan terakhirku, salah
satu tempat yang tidak pernah bisa kulupakan.
Sejak jam 1 siang tadi aku sudah terduduk ditempat ini dan
sekarang waktu sudah hampir menunjukan pukul 3. Entah apa yang aku harapkan
dengan datang lagi ketempat ini dan duduk berlama-lama seperti ini, padahal
sedari tadi aku hanya bisa duduk melamun sambil menikmati kehangatan kopi dan
memandangi suasana mendung serta hujan diluar sana yang masih saja betah untuk
turun dari dalam mini market ini. Dulu hampir setiap sepulang sekolah aku pasti
akan mampir ke mini market ini, entah itu bersama teman-temanku ataupun
sendirian hanya sekedar untuk nongkrong atau berteduh karena hujan seperti
halnya hari ini. Mini market ini jaraknya memang tidak terlalu jauh dari
sekolahku dulu. Dan ini juga sudah menunjukan waktu pulang sekolah makanya
sedari tadi banyak murid-murid sekolah yang berlalu-lalang segera ingin pulang
kerumah dan beberapa ada yang singgah di mini market ini. Bahkan ada yang juga
sedang berteduh didepan jendela kaca berbingkai besar ditempatku duduk saat
ini. Suasana ini benar-benar mengingatkanku pada masa sekolahku dulu, bahkan pada
salah satu moment sederhana yang selalu membekas diingatanku sampai sekarang.
***
“Sialan, kenapa tiba-tiba saja hujan! Kalau saja aku pulang
sejak tadi pasti aku tidak akan terjebak hujan seperti ini” keluh salah seoarng
pria berseragam sekolah yang baru saja menemukan tempat berteduh didepan sebuah
mini market. Walaupun sudah berteduh tapi ia sudah terlanjur basah, rambut
hitamnya dan jas sekolahnya bagian atas sudah mulai basah karena sempat terkena
hujan saat mencari tempat berteduh tadi. Iapun segera mengibas-ngibaskan
tangannya di seragam sekolahnya dan juga dirambutnya agar air hujan yang
mengenainya tadi bisa sedikit berkurang. Pada jas sekolahnya terdapat sebuah
papan nama yang bertuliskan Kim Seok Jin namun orang-orang biasa memanggilnya
Jin. Ia adalah murid sekolah Suran High School yang letak berada didekat mini
market itu.
Hari itu Jin pulang terlambat karena harus membantu salah
seorang gurunya untuk menerjemahkan berlembar-lembar dokumen sekolah kedalam
Bahasa Inggris. Jin menatap keadaan sekitarnya yang sudah terlihat lengang
karena jam pulang yang seharusnya sejak setengah jam yang lalu, sudah tidak
terlihat murid-murid yang berlalu-lalang seperti biasanya karena mungkin saja
disebabkan hujan yang tiba-tiba saja turun. Sambil menunggu jemputannya yang
tak kunjung tiba ia hanya bisa menatap kosong hujan yang turun didepannya dengan
harapan jemputannya akan segera datang karena ia lelah dan ingin beristrirahat
diranjangnya yang nyaman dan hangat. 5 menit.. 10 menit.. 20 menit..
jemputannya tak kunjung datang dan ia mulai bosan karena tidak ada teman untuk
bercerita. Namun tiba-tiba saja ditengah kebosanan yang mulai melandanya tampak
sesosok gadis yang langsung mencuri perhatiannya, wanita itu sedang berlari
membelah hujan menuju tempatnya berteduh saat ini. Gadis itu tampak lebih basah daripada kondisi
Jin saat ini, rambutnya yang panjang bergelombang dan hampir seluruh seragam
sekolahnya basah kuyup. Namun gadis itu tampaknya belum menyadari kehadiran Jin
disampingnya karena ia tampak sibuk dengan ponselnya dengan posisi membelakangi
Jin.
“Ugh.. ponsel sialan” rutuk gadis itu begitu mendapati
ponselnya yang lowbat saat ia sedang mencoba menghubungi seseorang. Beberapa
kali ia tampak mencoba mengaktifkan ponselnya lagi namun ponselnya tak kunjung
bisa berfungsi kembali sehingga menyebabkan gadis itu terbawa emosi dan ingin
membanting ponselnya. Tetapi gerakan tangannya tiba-tiba terhenti dan niatnya
untuk membanting ponselnya langsung dibatalkannya begitu mengingat harga
ponselnya yang memang tidak murah. Akhirnya ia hanya memasukan kembali
ponselnya kedalam saku jasnya dan kemudian menarik nafas dalam-dalam dan
menghembuskannya perlahan untuk meredam emosinya.
“Permisi.. mungkin kau ingin meminjam ponselku jika kau
benar-benar butuh?” tawar Jin yang
akhirnya membuka suara setelah sedari tadi hanya memandangi gadis itu sambil
sesekali menahan tawa karena tingkah gadis itu. Gadis itu tampak sedikit
terkejut mendengar suara Jin karena sedari tadi ia sama sekali tidak menyadari
kehadiran seorangpun dibelakangnya.
“Terima kasih, tapi sepertinya percuma saja karena aku tidak
menghafal nomor yang ingin aku hubungi karena semuanya ada didalam sini” jawab
gadis itu sambil merogoh saku jasnya dan memperlihatkan ponselnya yang sudah
mati total. Jin hanya mengangguk-angguk dan kembali memasukan ponselnya kedalam
jasnya. Sementara gadis itu hanya tersenyum sekilas dan kemudian berbalik
ketempat lain. Tanpa sepatah katapun mereka hanya berdiri bersampingan dengan
canggung ditemani dengan riuhnya suara hujan dan udara dingin yang menyelimuti.
Sesekali pandangan mereka tak sengaja bertemu dan menyebabkan mereka akhirnya
hanya tersenyum kaku satu sama lainnya karena suasana diantara mereka yang
sangat canggung.
“sepertinya kita bersekolah disekolah yang sama?” tanya Jin memecah
kesunyian sambil menunjuk seragam gadis itu yang terlihat lebih basah daripada
miliknya. “aku kelas 3, kau pasti bukan kelas 3 karena aku tidak pernah merasa
melihatmu sebelumnya” lanjut Jin lagi untuk memecahkan keheningan diantara
mereka. Karena Jin memang tidak pernah suka dengan suasana yang membuatnya
canggung dan menjadi salah tingkah.
“ya, aku kelas 2, kalau begitu sepertinya aku harus
memanggilmu sunbae?” canda gadis itu sambil sedikit membungkukan badannya.
“kau tidak perlu bagitu resmi padaku” balas Jin yang hanya
dibalas senyuman manis gadis itu. Lalu, lagi dan lagi suasana diantara mereka
kembali hening dan canggung. Jin juga sudah tidak tau lagi harus membahas apa
dengan wanita itu sehingga membuatnya memilih berdiam diri saja dan memandangi
hujan sambil sesekali melirik apa yang dilakukan gadis itu. Beberapa kali gadis
itu tersenyum sendiri karena bermain dengan hujan yang jatuh didepannya,
terkadang ia menampakan wajah bosan sambil membanting-banting kakinya ditanah,
sesekali ia melihat jam tangannya dengan wajah gelisah dan juga beberapa kali
memeluk badannya sendiri dengan erat untuk menghangatkan badannya dari udara
yang dingin. Dan entah mengapa semua hal sederhana yang dilakukan gadis itu
bisa mengundang senyum tipis Jin yang terkadang mencuri pandang pada gadis itu.
Sudah lebih dari sejam mereka berdiri ditempat itu dan tak
ada tanda-tanda langit akan menghentikan hujannya, seakan ingin menahan mereka
berdua selamanya ditempat itu dengan keadaan yang canggung seperti itu. ‘Kreyukkk..’
Jin sama sekali lupa kalau hari ini ia belum makan siang dan baru menyadarinya
begitu mendengar suara perutnya sendiri yang meraung untuk meminta makan. Ia
lalu kembali melirik kearah gadis itu khawatir kalau-kalau saja gadis itu
mendengar suara perutnya yang memalukan tadi namun sepertinya gadis itu lebih
sibuk dengan pikirannya sendiri. Jin lalu menoleh kedalam mini market melalui jendela
kaca besar depan mini market tempat
mereka berteduh tersebut, dengan harapan mungkin saja akan ada yang bisa
mengganjal perutnya saat itu juga. Pandangannya langsung saja tertuju pada
seorang pengunjung mini market yang sedang menikmati sebuah mie cup didalam
mini market itu. Suasana dingin-dingin seperti ini memang sangat pas disandingkan
dengan panas dari mie cup itu pikir Jin sambil membayangkannya dengan perutnya yang
semakin terasa lapar. Tanpa menunggu lagi iapun segera berniat melangkahkan
kakinya untuk masuk kedalam mini market itu namun ia langsung teringat pada gadis
disampingnya. Tidak mungkin ia tega meninggalkan gadis itu sendirian diluar
sini dengan cuaca yang sangat dingin seperti ini.
“Kau ingin masuk kedalam?” tawar Jin pada gadis itu. Namun
tampak dari raut wajah gadis itu jika ia enggan untuk ikut masuk kedalam mini
market itu. “Kau bisa mati kedinginan jika terus berada diluar sini” ujar Jin
sambil menarik lengan gadis itu untuk memasuki mini market dan mendudukan gadis
itu depan kaca mini market itu dengan pemandangan hujan deras diluar sana.
“Kau tunggu disini dan jangan kemana-mana” gadis itu hanya terdiam
melihat tingkah Jin. Tak lama kemudian Jin sudah kembali dengan 2 mie cup untuk
mereka berdua dengan asap yang masih mengepul dari kedua mie cup itu. “Jika kau
tidak ingin makan setidaknya hangatkan tanganmu menggunakan itu” ujar Jin yang
tanpa basa basi lagi langsung mengambil sumpitnya dan berniat segera ingin
menyantap mie cupnya.
Lama gadis itu hanya memperhatikan mie cup yang sudah
tersedia didepannya dan kemudian berbalik mentap Jin “terima kasih sunbae.. aku
akan memakannya” ujar gadis itu yang akhirnya mau membuka suara dengan senyum
hangatnya yang mengembang manis. Jin sempat tertegun sesaat melihat senyum gadis
itu namun dengan cepat ia berusaha menyadarkan dirinya “kalau begitu ayo kita
makan…” lalu teriak Jin bersemangat. Kehangatan mie cup selain bisa
menghangatkan cuaca yang dingin ternyata juga bisa menghangatkan dan mencairkan
suasana canggung diantara mereka berdua. Suasana canggung sudah tidak lagi
menyelimuti mereka seperti saat baru bertemu tadi, kini mereka lebih terlihat
seperti halnya hoobae yang sedang bercerita ringan pada sunbaenya dengan suasana
akrab karena Jin yang terus saja melontarkan candaan-candaan keringnya untuk
membuat gadis itu nyaman bersamanya sehingga waktu menjadi terasa cepat berlalu.
Hujanpun yang melihat mereka seperti turut senang melihat mereka dengan mulai
berhenti untuk menumpahkan butiran airnya ke bumi.
“Hujannya sudah mulai berhenti” ujar gadis itu sambil menatap
suasana diluar yang sudah dihinggapi oleh gelapnya malam.
“baiklah.. sebaiknya kita segera pulang.. ini sudah malam,
tidak baik untukmu yang masih berpakaian sekolah dan basah seperti itu” ujar
Jin sambil menatap jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 8 malam.
Mereka sudah berdiri didepan mini market dengan suasana yang
entah mengapa menjadi sedikit canggung, mungkin saja karena itu artinya
pertemuan mereka hari itu harus segera berakhir. Entah mengapa ada perasaan
enggan dihati Jin untuk melepas gadis itu untuk pulang, seakan ia tidak akan
melihatnya lagi padahal mereka itu satu sekolah dan Jin akan bisa bertemu
dengannya setiap hari jika ia mau. Jin sendiri bingung dengan apa yang ia
rasakan saat itu, tidak mungkinkan ia bisa jatuh cinta secepat itu pada gadis
yang baru ditemuinya kurang dari 12 jam itu, pikir Jin yang mulai berperang
dengan perasaannya sendiri.
“Kau yakin tidak ingin aku mengantarmu? Ini sudah malam dan
tidak baik seorang gadis pulang sendiri dengan penampilanmu yang seperti itu”
tatap Jin khawatir pada penampilan gadis itu yang terlihat berantakan karena
terkena hujan tadi namun entah mengapa dimata wanita itu tetap terlihat menarik
dimatanya.
“Terima kasih sunbae. Tapi aku tidak ingin menyusahkan
lagipula aku juga terkadang pulang berjalan sendirian jika tidak dijemput”
tolak gadis itu dengan halus. Jin hanya bisa pasrah dengan kemauan gadis itu
karena ia tidak mungkin memaksa gadis yang bari dikenalnya itu.
“Kalau begitu aku dulu-“ ucapan gadis itu terputus begitu
saja saat hujan yang kembali menumpahkan butiran airnya tanpa ampun kebumi
dengan skala yang lebih besar dari sebelumnya. Sepertinya takdir benar-benar tidak
ingin melepas perpisahan mereka begitu saja.
“Ya tuhaaan… apa salahku sebenarnya? Apa aku tidak boleh
pulang ke rumah dan beristirahat?” keluh Jin melihat hujan yang tiba-tiba saja
turun. Tapi keluhan itu sebenarnya bukanlah perasaan yang sebenarnya, jauh
didalam lubuk hatinya sebenarnya ia merasa senang dengan hujan yang sepertinya
berpihak padanya. Ia bersyukur pada hujan karena itu tandanya ia bisa menahan
gadis itu untuk lebih lama bersamanya. Sementara gadis itu hanya memandangi
hujan dengan raut wajah yang tidak bisa ditebak. “bagaiamana ini? Sepertinya
kita harus menunda lagi kepulangan kita” tanya Jin sambil menoleh gadis itu
yang masih saja memandangi hujan sambil mengeratkan pelukannya kebadannya sendiri.
Jelas saja ia merasa kedinginan karena baju seragamnya yang belum juga kering
sempurna ditambah dengan hujan dan udara yang semakin malam semakin dingin itu.
Melihat gadis itu yang tampak kedinginan membuat Jin menjadi merasa bersalah
dengan keegoisannya yang ingin menahan gadis itu untuk lebih lama bersamanya
disini.
“mau bagaimana lagi? mungkin kita tidak diizinkan untuk
pulang karena beberapa alasan tertentu” ujar gadis itu yang masih terfokus pada
butiran hujan yang jatuh dengan sesimpul senyuman penuh arti yang menghiasi
wajahnya. Jin hanya menatap ekspresi gadis itu dengan wajah heran dan penuh
tanya.
“pakailah ini!” tanpa gadis itu duga Jin sudah menyampirkan
jas sekolahnya yang sedari tadi sudah kering ke bahu gadis itu.
“tidak usah.. ini sangat dingin, kau bisa masuk angin dan
sakit jika hanya memakai kemeja sekolah yang titps itu” jawab gadis itu dengan
perasaan tidak enak sambil berusaha mengembalikan jas itu pada Jin.
Namun Jin yang keras kepala segera memakaikannya lagi ke bahu
gadis itu “kau lebih membutuhkannya daripada aku, aku ini seorang laki-laki..
tidak mungkin kalah dengan udara dingin yang hanya segini” ujar Jin sambil
menepuk dadanya sombong. Namun bukannya tertawa gadis itu malah menampakan
wajah khawatirnya dan tidak enaknya pada Jin “tenanglah, aku tidak mungkin mati
hanya karena ini” ujar Jin dengan senyuman hangatnya agar kekhawatiran diwajah
gadis itu menghilang.
Lama mereka terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing,
sampai akhirnya Jin seperti baru teringat akan sesuatu “oh ia, betapa bodohnya
aku! Sampai hampir melupakan hal penting seperti ini?” ujar Jin tiba-tiba
sambil menepuk jidatnya.
“memangnya ada apa?” tanya gadis itu yang ikutan menjadi
penasaran setelah melihat tingkah Jin.
“pantas saja aku
merasa ada yang aneh.. apa kau menyadari jika sedari tadi kita itu belum
berkenalan?”
“benar juga, aku juga baru menyadarinya.. bagaimana mungkin
sedari tadi kita berbagi cerita tapi belum berkenalan” ujar gadis itu yang juga
baru menyadari kesalahan mereka berdua.
“Kenalkan namaku Kim Seok Jin atau kau bisa memanggilku Jin”
ujar Jin sambil menyodorkan tangannya sebagai tanda perkenalan. Sebenarnya dari
awal gadis itu sudah mengetahui nama Jin kakak kelasnya itu, gadis mana
disekolah mereka yang tidak mengetahui Jin anak kelas 3 yang tampan dan disukai
banyak gadis disekolahan itu, bahkan ia sudah sering mendengar cerita tentang Jin
yang selalu dipuji-puji oleh teman-temannya. Hanya saja karena gadis itu tidak
terlalu tertarik dan tidak mengenal Jin sama sekali makanya ia memilih untuk
berpura-pura tidak tau saja.
“sebenarnya aku sudah tau namamu saat membaca papan namamu
itu, hanya saja aku tidak tau jika nama panggilanmu adalah Jin”
“Oh ia, aku baru sadar juga kalau kau tidak menggunakan papan
nama” pikir Jin sambil memperhatikan jas sekolah gadis itu yang sedikit
tertutup dengan jas sekolahnya yang masih tersampir dipunggung gadis itu.
“perkenalkan namaku-“perkataan gadis itu terpaksa harus
terhenti karena seorang yang tiba-tiba saja menghentikan mobilnya tepat didepan
Jin dan gadis itu. Tampak seorang pria paruh baya keluar dari mobil yang bisa
dibilang mewah itu sambil membawa payung hitam dan menghampiri Jin.
“maaf, tuan aku baru bisa menjemput sekarang. Aku tadi harus
mengantar Tuan besar ke bandara”
“ah, tidak apa-apa, ajhussi. Aku juga tidak terburu-buru”
jawab Jin ramah pada pria itu yang tampaknya merupakan supir keluarganya.
“silahkan masuk tuan” pria itu kemudian membukakan pintu
mobil pada Jin dan mempersilahkannya masuk. Namun bukannya masuk kemobil Jin
malah menoleh pada gadis yang sedang berdiri disampingnya sedari tadi itu. “ayo
pulang bersama. biar kuantar kau kerumahmu” tawar Jin pada wanita itu. Namun
wanita itu langsung saja menolak dengan alasan tidak ingin merepotkan.
“apa kau yakin? Lihatlah hujan ini tampaknya tidak akan
berhenti sampai tengah malam dan kau tahukan sekarang sudah hampir jam 9 malam.
Kau tidak akan bisa pulang jika terus seperti ini. Ayo, biar kuantar. Tenang
saja, aku tidak pernah merasa direpotkan olehmu. Aku malah merasa senang karena
hari ini bisa bertemu seorang teman baru lagi” akhirnya setelah berpikir sesaat
dan terus dibujuk oleh Jin gadis itu mau diantar pulang oleh Jin.
“Kau sepertinya sangat kelelahan seharian ini” ujar Jin
sambil menatap gadis itu yang malah tertidur dimobil dengan rambut panjangnya
yang sudah menutupi sebagian wajahnya. Jin kemudian menghalau rambut yang
meghalangi wajah gadis itu dan mengapitnya ditelinga wanita itu karena Jin
ingin melihat wajah polos wanita itu saat tertidur. “manis dan sangat polos” batin
Jin dalam hati begitu memandangi wajah wanita itu dengan cahaya didalam mobil
yang seadanya.
‘Brukk’.. jalanan yang tidak rata tiba-tiba saja
menggoyangkan mobil itu yang malah membuat gadis itu jatuh tersandar ke dada
kiri Jin karena posisi Jin yang saat itu agak sedikit menyerong untuk
memperhatikan wajah gadis itu. Jin juga sangat terkejut tentunya namun itu
malah membuatnya bisa melihat wajah gadis itu dengan semakin jelas dan sangat
dekat. Ia seakan terhipnotis pada wajah gadis itu yang membuatnya tidak bisa
berpaling dan seakan membuatnya kecanduan untuk melihat wajah wanita itu untuk
lebih dalam dan semakin lekat dan lekat lagi. Sampai akhirnya ‘brukkk’ hentakan
mobil untuk yang kedua kalinya karena jalanan yang tidak rata lagi akhirnya
membangunkan gadis itu dari tidurnya dan membuat Jin yang sedang menatap wajah gadis
itu dengan jarak yang tinggal beberpa centimeter saja terlonjak kaget dan
langsung memperbaiki posisi duduknya dalam sekejap seakan tidak pernah terjadi
apa-apa. Dengan sedikit salah tingkah ia melirik ke arah gadis itu yang baru
saja tersadar dari tidurnya dan untungnya gadis itu sepertinya tidak menyadari
sama sekali dengan apa yang baru saja terjadi.
“aku turun disini.. itu rumahku” ujar gadis itu lalu kemudian
keluar dari mobil Jin dengan hujan yang masih saja mengguyur diluar sana dan
tak lupa juga ia menanggalkan jas milik Jin yang sedari tadi dipakainya. “terima
kasih sunbae” wanita itu membungkukkan badannya sekilas dan kemudian berjalan
cepat untuk segera menuju gerbang rumahnya.
“Tunggu dulu” tiba-tiba saja Jin yang ikut keluar dari mobil sudah
menarik tangan gadis itu dan menyerahkan sebuah payung hitam yang sedang
dipakainya pada gadis itu. “jarak rumahmu dari gerbang itu lumayan jauh..
pakailah ini agar besok kau tidak sakit”
“maaf sudah merepotkanmu hari ini dan terima kasih banyak
untuk hari ini sunbae.. kau sangat baik padaku dan aku minta maaf karena tidak
bisa membalasnya” gadis itu kembali membungkuk untuk kedua kalinya dan kemudian
membalikan badannya untuk segera pergi. Jin sebenarnya sedikit bingung dengan apa yang gadis itu katakan namun Jin
tidak ingin terlalu memikirkannya karena ia saat ini ia sedang merasa sangat
bahagia.
“sampai bertemu besok..” lambai Jin sambil berhujan-hujanan
pada gadis itu yang sudah mulai berjalan memasuki halaman rumahnya. Gadis itu
hanya berbalik dan tersenyum seadanya begitu mendengar perkataan Jin yang
terakhir barusan.
***
Keesokan harinya…
Suasana pagi itu kembali cerah tidak seperti hari kemarin
yang terlihat kelam diselimuti langit mendung dan juga hujan deras yang tidak
ada hentinya. Seperti layaknya hari itu yang secerah wajah Jin begitu memasuki
gerbang sekolahnya. Tidak pernah ia merasa begitu bersemangat ke sekolah
seperti hari itu, entah mengapa setelah terus memikirkan gadis yang ditemuinya
kemarin malah memberikannya dorongan semangat untuk kesekolah. Dengan langkah
riang ia memasuki pintu gerbang, ia juga mengikuti kegiatan berbaris yang
biasanya paling malas ia ikuti selama ini dan ia juga mengikuti pelajaran
olahraga yang selalu dibencinya dengan hati yang riang gembira. Sampai-sampai
semua temannya bingung melihatnya yang terlihat sangat bersemangat dan penuh
senyuman hari itu. Dan akhirnya waktu istrahat makan siang tiba yang langsung
disambutnya dengan perasaan suka cita. Semua ajakan temannya untuk nongkrong
atau makan dikantin ditolaknya mentah-mentah. Ia lebih memilih untuk
menjelajahi lorong koridor letak kelas 2 berada, tempat yang paling jarang
didatanginya selama ini. Predikat sebagai senior yang tampan tentu saja membuat
hampir semua murid kelas 2 yang melihatnya bingung karena tidak biasanya ia
menampakan wajahnya disana karena ia tidak seperti para senior lainnya yang sangat
suka tebar pesona pada murid kelas 2 dan 1. Semua ruang kelas 2 diintip dan
dilihatnya dengan teliti seperti seorang detektif yang mencari penjahat. Sampai
tiba diujung akhir kelas 2 pun tampaknya sama sekali tidak menyurutkan
semangatnya untuk mencari walaupun ia belum menemukan sama sekali apa yang
dicarinya.
“sepertinya kemarin aku yang terlalu bodoh sampai lupa untuk
meneruskan menanyakan namanya” pikir Jin sambil berjalan disepanjang koridor
dengan pikirannya yang terus melayang kemana-mana. Sampai ia akhirnya melewati
perpustakaan yang membuatnya mendapatkan sebuah ide. “kenapa baru terpikirkan
sekarang, dasar bodoh” dengan senyuman yang kembali mengembang.
“tentu saja, data semua murid pastinya telah dimasukan
kedalam buku angkatan” ujar Jin dengan semangat 45 mencari buku yang
dimaksudkannya. Dengan jeli jari dan matanya menelisik kesana-kemari mejalajahi
buku angkatan itu untuk melihat data murid kelas 2 satu persatu.
“Ini dia.. akhirnya kutemukan juga..”teriak Jin didalam
perpustakaan itu yang akhirnya membuatnya dimarahi oleh penjaga perpustakaan.
Setelah hampir setengah jam mencari akhirnya ia menemukannya.
“aku yakin sekali kalau dia itu yang ini” pikir Jin lagi
setelah mencocokan wajah gadis yang tidak mungkin dilupakannya itu dengan
deretan foto murid kelas 2 yang berjumlah hampir 250 orang itu.
“nama Yoon Bomi kelas 2-3” setelah membacanya tanpa menunggu
lagi Jin dengan secepat kilat langsung menuju ke kelas 2-3 untuk mencari gadis
itu, Yoon Bomi. Ya, dia adalah gadis yang kemarin sudah mencuri perhatiannya dan
hari ini membuatnya seperti orang gila.
Jin sudah berdiri didepan kelas 2-3, namun ia tidak langsung
masuk melainkan mencoba melihatnya dulu melalui jendela kelas itu yang dengan
jelas bisa menampakan pemandangan kelas itu secara keseluruhan. Bukannya takut,
namun rasanya terlalu canggung jika ia langsung masuk dan menemui gadis itu.
Lama ia mengelilingkan matanya pada kerumunan murid kelas itu yang sedang
bermain dan berlari kesana-kemari dan hasilnya nihil. Ia sama sekali tidak
melihat sosok gadis itu diantara para teman-temannya. “ “Ini kan jam istirahat,
mungkinkah ia sedang ke kantin atau kesuatu temapat?”pikir Jin.
Namun begitu berbalik untuk segera pergi dan mencari gadis
itu ditempat lain ia tidak sengaja menabrak seorang gadis yang tadinya baru
saja keluar dari pintu kelas itu. “aku minta maaf” ujar Jin terburu-buru karena
gadis itu tampak meringis kesakitan karena tabrakan badan Jin yang bisa
dikatakan lumayan keras.
“Oh, Jin oppa? Apa yang kau lakukan disini?”ujar gadis itu
tiba-tiba begitu menyadari jika yang menabraknya tadi adalah Jin. “Naeun-ah?
ah, sungguh aku minta maaf. Aku tadi tidak melihatmu” ujar Jin dengan
sungguh-sungguh karena merasa bersalah pada adik sahabatnya itu. Ya, Naeun
adalah adik sahabat dari Jin makanya mereka bisa kenal dekat.
“tenang aja, aku tidak apa-apa oppa, tidak ada yang terluka”
ujar Naeun dengan santai “tapi apa yang oppa sedang lakukan didepan kelasku?
Tidak biasanya aku meliaht oppa berkeliaran disekitar sini? Apa oppa sedang ada
perlu dengan seseorang?” ujar Naeun yang melihat kekanan kekiri untuk menemukan
orang yang ingin ditemui Jin.
“ini kelasmu juga?” tanya Jin dangan antusias yang terlihat
jelas. “ia oppa, ada apa memangnya? Ada perlu dengan seorang temanku? Apa aku
perlu memanggilkannya untukmu?”
“apa kau memiliki teman yang bernama Yoon Bomi?”tanya Jin
dengan wajah penuh harap.
***
“Bomi, ayo cepat… kita harus segera berangkat” teriak seorang
wanita paruh baya dari luar rumah.
“ia oemma, sedikit lagi” setelah sedari tadi terus membuat
ibunya berteriak akhirnya Bomi keluar juga dari rumahnya dengan membawa serta
sebuah tas koper besar yang diseretnya keluar rumah dengan susah payah. “oemma
duluan saja.. aku akan segera menyusul ke mobil secepatnya”
“baiklah.. tapi jangan lama-lama karena pesawatnya tidak akan
menunggu kita Bomi-ah” yang disusul dengan anggukan kepala Bomi. “ajhussi,
bawakan koper Bomi duluan ke mobil”
perintah ibu Bomi pada supir keluarganya yang sedari tadi setia berdiri
dibelakang ibu Bomi.
“hmm.. rumah yang sudah kutinggali sejak lahir.. sedih juga
rasanya untuk meniggalkannya” ujar Bomi sambil mengelilingkan matanya menatap
keseluruh penjuru rumah dan sekitarnya dengan perasaan sedih setelah ibu dan
supirnya pergi. Namun tatapan matanya tiba-tiba saja terhenti pada sebuah benda
yang tidak asing dimatanya. Sebuah payung hitam tersandar dengan manis
disamping pintu rumahnya. Kejadian semalam langsung terlintas begitu saja dalam
pikirannya yang membuat sebuah senyum muncul diwajah sedihnya. Dengan segera ia
mengambil payung itu dan berjalan meninggalkan rumahnya dengan perasaan berat
hati. Dan untuk terakhir kalinya sebelum benar-benar pergi ia kembali berbalik
menatap rumahnya dari luar pagar dan juga mengelilingkan matanya pada
lingkungan sekitarnya.
“oemma tau kau sudah merasa nyaman dan tidak ingin
meninggalkan tempat ini tapi ini adalah jalan kita Bomi-ah.. oemma dan appa
harus pindah bekerja diAmerika. Jika kau mencintai tempat ini, yakinkan saja
dalam hatimu jika suatu saat nanti kau akan kembali lagi untuk mengunjungi
tempat ini” ujar ibu Bomi sambil memeluk anak semata wayangnya itu. Begitu
masuk ke mobil Bomi sudah tidak mau berbalik keluar mobil lagi karena ia merasa
sudah waktunya untuk mengikhlaskannya. Tanpa ia ketahui seseorang baru saja
turun didepan rumahnya dengan wajah sangat khawatir, kawatir akan kehilangan
seseorang yang baru saja dikenalnya.
“Bomi-ssi.. Bomi-ssi..”teriak Jin dari luar pagar sebuah
rumah. Rumah seorang wanita yang baru saja dikenalnya dan diantarkannya
semalam. Tanoa pikir panjang lagi Jin langsung pergi meninggalkan sekolah
begitu mendengar perkataan yang tak pernah ia duga akan keluar dari bibir
Naeun.
----------------------
“apa kau memiliki teman
yang bernama Yoon Bomi?” tanya Jin pada Naeun
“ia, ada apa
dengannya?”
“tidak ada apa-apa..
aku hanya ingin memastikannya saja” jawab Jin berbohong.
“tapi jika saat ini
orang yang oppa cari adalah Bomi--“
“ah tidak! Aku tidak
sedang mencarinya” sambung Jin dengan cepat sebelum Naeun berpikiran yang
macam-macam.
“ohh.. aku kira oppa
sedang ada urusan dengannya.. soalnya terlalu terlambat jika mencarinya hari
ini”
“memangnya ada apa?”
tanya Jin yang tiba-tiba penasaran dengan maksud perkataan Naeun”
“aku juga sebenarnya
sedih karena Bomi adalah salah satu temanku yang paling baik” ujar Naeun
tertunduk lesu.
“ada apa Naeun-ah?
ceritakan padaku?” tanya Jin yang mulai panik dengan ekspresi Naeun yang
sepertinya memiliki kabar buruk.
“Bomi sudah tidak
bersekolah lagi disini. Hari ini ia akan pindah ke Amerika bersama dengan kedua
orang tuanya”
“hahaha.. kau jangan
bercanda” tawa Jin yang menganggap Naeun sedang mempermainkannya saat ini.
Bagaimana tidak ia berpikiran seperti itu jika baru saja kemarin ia bertemu
dengan Bomi dan Bomi seperti tidak menyinggung apapun tentang kepindahannya.
“untuk apa aku
berbohong tentang ini padamu oppa? kamu bisa lihat sendirikan jika Bomi tidak
ada dikelas hari ini, kemarin ia baru saja mengurus kepindahannya. Tapi oppa
bagaimana bisa kau mengenal Bomi?” pikir Naeun yang selama ini tidak pernah
melihat Jin yang bertegur sapa dengan Bomi. Jin terdiam sesaat untik mencerna
kata-kata Naeun yang seperti mem-blank-an otaknya seketika. Dalam hitungan
detik tanpa menjawab lagi pertanyaan Naeun Jin sudah berlari meninggalkan Naeun
yang memasang wajah heran dengan tingkah Jin.
----------------------------
Selama perjalanan menuju rumah Bomi pikiran Jin terus saja
melayang-layang tanpa arah dan perasaannya campur aduk tidak menentu, bingung
akan apa yang akan dilakukannya, khawatir memikirkan jika ia tidak akan pernah
bertemu dengan gadis itu dan kecewa karena kemarin Bomi sama sekali tidak
memberitahunya tentang ini sehingga membiarkannya menaruh harapan tentang gadis
itu. Ia marah namun tidak bisa membencinya. Akhirnya taksi yang ditumpanginya
berhenti didepan sebuah rumah yang terlihat lengang itu.
“apakah ia sudah pergi?” bantin Jin dalam hati.
“Bomi-ssi.. Bomi-ssi..” teriak Jin dengan harapan seseorang
yang diharapkannya itu keluar dari pintu rumahnya.
“Yoon Bomi! Keluar kau Yoon Bomi!.. Ini aku Jin, Kim Seok Jin”
teriak Jin dari luar pagar yang sudah kunci dengan rapat.
Sudah sampai parau suara Jin berteriak didepan rumah Bomi namun
tidak seorangpun nampak kelaur dari rumah itu. ia sudah tidak peduli dengan
pandangan orang sekitar atau orang-orang lewat yang menatapnya dengan aneh. “aku
tau kau belum berangkat Bomi-ssi” ujar Jin dengan suaranya yang semakin melemah
dan putus asa.
“aku terlambat.. semuanya sudah terlambat. Padahal aku hanya
ingin mengatakan perasaanku padamu Bomi-ssi. Setidaknya sekali saja sebelum kau
pergi, agar kau tau yang sebenarnya dan bisa terus mengingatku”ucap Jin dengan suara
yang hampir sudah tidak terdengar dan dengan perlahan ia terduduk lemas didepan
gerbang rumah itu. Ia seperti sudah kehilangan seluruh tenaganya, saat ini ia
hanya bisa tertunduk lesu menyesali semuanya. Setelah hampir sejam ia hanya
duduk terpaku didepan pintu gerbang itu sehingga akhirnya ia memutuskan untuk
beranjak dari tempat itu ketika merasakan tetesan rintik hujan yang mengenai
tubuh. Namun baru saja ingin berdiri matanya menangkap sebuah benda yang sudah
tidak asing lagi dimatanya. Dengan secepat kilat ia menyambar benda itu seakan
mendapatkan benda pusaka yang sangat berharga. Itu memang hanyalah sebuah benda
biasa namun begitu berarti baginya. Sekali lihat ia sudah tau jika itu adalah payung
yang kemarin ia berikan pada Bomi saat hujan. Entah bagaimana payung itu sudah
tersandar didekat gerbang rumah itu seakan dengan sengaja ditinggalkan disana
agar seseorang bisa menemukannya. Jin hanya bisa memandang payung itu dengan
tatapan kosong begitu melihat diatas pegangan payung itu ada tempelan kertas
yang dibungkus agar tidak gampang rusak yang bertuliskan “terima kasih sunbae, jika
takdir itu ada maka aku aku akan kembali disaat suasana yang sama” mengerti
dengan pesan yang pastinya ditulis oleh Bomi untuknya itu membuat perasaannya terasa
campur aduk dan tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.
***
Jam sudah menunjukan pukul 4 sore dan sepertinya sudah
saatnya aku pulang, aku sudah terlalu lama terduduk ditempat ini. Aku harus
segera kembali dan bersiap untuk pulang ke Seoul besok. Hujan diluar juga sudah
mulai mereda dan para murid yang sekolah
yang tadinya berkumpul di mini market ini juga sudah mulai beranjak pulang.
Dengan langkah berat akhirnya aku melangkahkan kakiku keluar dari pintu mini
market dan tak lupa juga aku mengembangkan payung hitamku yang sudah kubawa
sedari tadi karena hujan yang masih saja turun walau sudah tidak sederas tadi.
Dan aku kembali tersenyum begitu melihat tulisan yang berada diujung pegangan
payung itu. Tulisan dan kertasnya memang sudah mulai kusut dan memudar namun
tidak akan pernah memudarkan dan merusak memoriku tentangnya.
Sampai disini penantianku dan bairlah semuanya hanya menjadi
memori masa lalu di kota kelahiranku yang damai dan tenang ini. Aku akan
berjalan dan terus berjalan tanpa menoleh lagi kebelakang karena aku sudah
memutuskan untuk tidak mengharapkannya lagi karena aku sudah tidak lagi
mempercayai jika takdir itu ada untukku. Terima kasih dengan harapan yang telah
kau berikan padaku sehingga aku mempunyai alasan untuk bisa terus bertahan
sampai saat ini guna untuk mencari takdir itu namun sepertinya sudah saatnya
aku meneruskan hidupku sendiri dan berlatih untuk bisa bertahan tanpa harapan
itu lagi.
***
“aku sekarang sadar jika takdir itu memang bukan untuk kita
namun aku tetap senang karena bisa kembali lagi ke tempat ini setelah sekian
lamanya. Tidak ada yang berubah dengan tempat ini, bahkan aku masih bisa
merasakan aroma yang terjadi 10 tahun yang lalu” batin seorang wanita berambut
panjang sambil melipat payungnya dan kemudian memasuki pintu sebuah mini market
dengan senyum manisnya yang terus mengembang.
THE END
Akhirnya kelar juga ff pertama ChimJr, sebenarnya ini bukan ff buatan Chim yang pertama tapi ff inilah yang pertama kali kelar dari sekian banyaknya ff yang Chim bikin. Soalnya ff yang Chim bikin rata-rata ngadat ditengah jalan pembuatan, entah itu karena Chim udah kehabisan ide, lagi gak mood, sibuk tugas kuliah, mager, bosan ama jalan cerita dan castnya, atau karena ada ide jalan cerita baru yang mengganggu imajinasi Chim. Tapi alhamdulillah yaa akhirnya salah satu dari ff itu berhasil juga keluar dan dipost walaupun cuma yang oneshoot dan ceritanya datar tapi Chim udah bersyukur banget keinginan Chim akhirnya kesampaian. Yah, anggaplah ini sebagai pemanasan di awal karir Chim didunia per-ff-an yang nista ini. Dan semoga aja kedepannya nanti Chim makin rajin dan berbakat dalam pembuatan ff dan juga dengan cerita-cerita yang lebih menarik..